Hallo
sahabat blogger dan sahabat pembaca yang budiman..
Sehubungan dengan Hari Guru Internasional pada tanggal 21 oktober kemarin,maka kali ini saya sengaja membuat postingan yang berhubungan dengan guru, kualitas guru, kualitas pendidikan, nasib guru, dan apapun itu yang masih ada kaitannya dengan guru. Untuk itu,ijinkan saya untuk mengeluarkan sedikit unek-unek yang ada dalam pikiran saya mengenai sosok seorang guru.
Sehubungan dengan Hari Guru Internasional pada tanggal 21 oktober kemarin,maka kali ini saya sengaja membuat postingan yang berhubungan dengan guru, kualitas guru, kualitas pendidikan, nasib guru, dan apapun itu yang masih ada kaitannya dengan guru. Untuk itu,ijinkan saya untuk mengeluarkan sedikit unek-unek yang ada dalam pikiran saya mengenai sosok seorang guru.
Postingan
ini juga saya buat dalam rangka mengikuti lomba blog yang diselenggarakan oleh
Gerakan Indonesia Berkibar. Tahu nggak,Gerakan Indonesia Berkibar itu apa??
Gerakan Indonesia Berkibar adalah
sebuah gerakan nasional untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia
melalui perbaikan kualitas guru dan sekolah. Gerakan
Indonesia berkibar menerapakan model kerjasama yang melibatkan berbagai pihak
seperti pemerintah, korporasi, media, komunitas dan seluruh masyarakat dengan
menggunakan strategi dan teknik peningkatan kualitas sekolah . Gerakan ini
dirancang untuk meningkatkan kualitas mengajar dan belajar melalui pelatihan
dan pendampingan untuk para pendidik dan pengelola sekolah.Untuk informasi yang
lebih detail,silahkan mengunjungi Gerakan Indonesia Berkibar yang bisa diakses
melalui official websitenya di http://indonesiaberkibar.org/id ,facebook fanpage https://www.facebook.com/GerakanIndonesiaBerkibar
dan twitter https://twitter.com/IDBerkibar
Okee,,kita mulai
pembahasannya..
Dalam
dunia pendidikan,kita tentunya sudah mengenal yang namanya guru.Terutama bagi
pelajar seperti saya ini yang hampir setiap hari bertemu dengan guru,kecuali
jika hari minggu dan hari-hari besar.Sebenarnya sih bosan juga kalau tiap hari
harus bertemu mereka,tapi siapa lagi jika bukan mereka yang memberi saya ilmu
dan mengarahkan saya untuk menjadi pribadi yang berprestasi dan berbudi pekerti
luhur,terutama untuk guru normatif dan adaptif.
Oh
ya, Saya pernah memiliki cita-cita menjadi seorang guru lohh.. cita-cita itu
ada di pikiran saya ketika saya masih menduduki bangku Sekolah Dasar.Maklum
saja,anak SD kalau ditanya mengenai cita-cita pasti sebagian besar memilih
dokter, polisi, tentara,dan guru.Karena mungkin hanya sosok itu yang bisa
memanipulasi pikiran anak-anak kecil. Sayapun tertarik untuk menjadi seorang
guru,karena dalam pandangan saya waktu itu, guru memiliki kehidupan yang
terjamin, di hormati sana-sini, berwibawa, pokoknya top markotop dehh...Tapi
seiring berjalannya waktu,rasa keinginan menjadi guru kian menghilang entah
kemana. Saya merasa bahwa guru tidak cocok dengan karakter diri saya.Saya
berfikir “Sekolah aja males-malesan masa iya mau jadi guru yang tiap hari harus
bertempur dengan waktu”. Waduuhhh,,ngga bisa dibayangkan kalau tiap hari harus
ketemu yang namanya sekolahan. Memang sih,sekolahan itu tempat kita menuntut
ilmu.Tapi yang namanya manusia pasti memiliki rasa bosan dan jenuh.
Aduhh,,ini kok jadi curhat sihh..
Oke,kita kembali ke topik awal dengan pembahasan yang
sedikit lebih serius tapi tetap santai.. J
Sebenarnya apa sihh definisi
dari guru??
Tahukah
anda apa makna kata “Guru” ?? Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia(KBBI),guru
mengandung arti : orang yang pekerjaannya (mata pencahariannya, profesinya)
mengajar.Namun berikut ini ada beberapa penjabaran guru menurut sumber yang
pernah saya baca:
1. Dalam bahasa indonesia,guru merujuk pada pendidik
profesional dengan tugas utama mendidik,
mengajar,membimbing,mengarahkan,melatih,menilai,dan mengevaluasi peserta
didik.
2. Dalam arti
umum,guru adalah pendidik dan pengajar pada pendidikan anak usia dini
jalur sekolah atau pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan
menengah.
3. Dalam definisi
yang lebih luas, setiap orang yang mengajarkan suatu hal yang baru dapat juga
dianggap seorang guru.
4. Kalau dalam bahasa jawa,Guru memiliki
singkatan dari digugu lan ditiru.digugu yang berarti dipercaya dan
dipatuhi,serta ditiru yang berarti dicontoh.
Sudah tau kan apa arti guru yang
sebenarnya,,, Jadi,guru tidak hanya mereka yang mempunyai gelar yang ditempuh
dengan jalur perguruan tinggi.Namun bisa siapa saja yang telah memiliki
poin-poin diatas.Tapi yang saya bahas kali ini lebih mengarah pada guru dalam
lingkup pendidikan sekolah.Karena itulah yang lebih saya rasakan,mengingat saya
adalah seorang siswa sekolah.
Tugas guru
itu apa sihh??
Guru memiliki tugas yang mulia,serta mengemban amanat yang tidak bisa
dianggap enteng.Tugas utama seorang guru adalah
mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai,dan
mengevaluasi peserta didik.Selain itu,seorang guru harus bisa
menjadi teladan yang baik untuk anak didiknya,karena apa yang diajarkan oleh
guru kemungkinan besar akan dicontoh oleh anak didiknya.Jika guru mengajarkan
kebaikan, anak didiknya akan mengikuti kebaikan.Dan sebaliknya,jika guru
mengajarkan keburukan, anak didiknya pun akan mengikuti keburukan, bahkan lebih
buruk dari yang diajarkan.Sesuai dengan kata pepatah "Guru kencing
berdiri,Murid kencing berlari".
Selain memiliki tugas-tugas di atas,seorang guru juga harus menyiapkan
bekal mutu dan moral serta nilai-nilai luhur bagi murid-murid sebagai generasi
penerus bangsa ini.
Guru yang
Asikk itu seperti apa??
Dalam mendidik muridnya,guru menggunakan caranya masing-masing.Antara
guru yang satu dengan guru yang lain pasti memiliki cara yang berbeda (“ya
ealahh,,anak kelas 1 SD juga tahu itu..”).Kita pastinya pernah menemukan guru
dengan berbagai sifatnya,dari mulai yang cerewet,galak,suka menyindir, yang
suka menjewer telinga murid karena nggak bisa ngerjain tugas,dll.Memang
menyebalkan jika kita berhadapan dengan guru yang seperti itu.Semua itu
dilakukan agar anak didiknya tidak mengulangi kesalahannya.Tapi tidak semua
guru memiliki sifat seperti itu kok,banyak guru yang baik, asikk, pengertian, dan
enak diajak diskusi. Ada kalanya seorang guru disenangi oleh murid-muridnya,
tapi adakalanya juga seorang guru tidak disenangi oleh murid-muridnya.Jadi guru
yang asikk itu seperti apa??
Menurut saya,guru yang asik itu adalah
guru yang bisa bergaul dan bersahabat dengan murid-muridnya,tanpa mengurangi
rasa hormat tentunya.Dengan harapan agar murid-muridnya bisa terbiasa menyikapi
sifat guru-guru tersebut serta untuk menghilangkan rasa takutnya terhadap sosok
guru,yang selama ini identik dengan sifat galaknya.Seorang guru juga harus
sering-sering menyediakan forum diskusi diluar kegiatan belajar mengajar,agar
komunikasi antara murid dan guru tetap terjaga.Jika seorang guru sudah memenuhi
2 kriteria di atas,saya yakin akan ada banyak murid yang senang terhadapnya.
Guru yang menyenangkan disertai dengan pola
pembelajaran yang sesuai,akan mempengaruhi kualitas pendidikan.
Bagaimana kualitas
Pendidikan di Indonesia??
Situasi pendidikan di indonesia |
Kualitas pendidikan di indonesia terlihat
semakin menghawatirkan.Kondisi ini terjadi karena tidak jelasnya arah
pendidikan di indonesia,kualitas manajemen pendidikan yang rendah dan
aspek-aspek lainnya yang kurang terperhatikan dengan baik.
Menurut saya,ada beberapa penyebab yang
mengakibatkan mutu pendidikan di indonesa berkurang ,
- Pembelajaran
mengacu pada buku paket
Di indonesia telah
mengalami pergantian beberapa kurikulum dari KBK menjadi KTSP.Hampir setiap
menteri mengganti kurikulum lama menjadi kurikulum baru.Namun tidak ada yang
berbeda karena pembelajaran di sekolah-sekolah sejak zaman dulu masih memakai
kurikulum buku paket.Apapun kurikulumnya,guru hanya mengandalkan buku
paket.Materi dalam buku paketlah yang menjadi acuan dan guru tidak mencari
sumber referensi lain.
- Kurangnya
sarana belajar
Perhatian
pemerintah untuk mengembangkan sarana belajar saya rasa kurang cukup.Karena
masih banyak sarana belajar di beberapa sekolah khususnya di daerah,tertinggal
jauh dibandingkan dengan sarana belajar di sekolah-sekolah yang berada di kota.
- Mengajar
dengan metode satu arah
Metode pembelajaran
yang menjadi andalan guru mungkin hanya satu,yaitu metode berceramah satu
arah.Karena berceramah itu mudah dan ringan,tanpa modal, tanpa tenaga ,dan
tanpa persiapan yang rumit.Metode cermah menjadi metode terbanyak yang dipakai
guru.
- Aturan
yang mengikat
Sekolah seharusnya
memiliki kurikulum sendiri sesuai dengan karakteristiknya.Jadi,tidak harus
mengikat pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
- Guru
tidak menanamkan sistem diskusi dua arah
Pembelajaran di
ruang kelas sepertinya sudah diseragamkan.Anak duduk rapi,tangan dilipat di
meja,mendengarkan guru menjelaskan. Seolah olah anak “dipaksa” mendengar dan
menyimak informasi sejak pagi sampai siang.Anak diajarkan cara menyimak dan
mendengarkan penjelasan guru,sementara untuk kompetensi bertanya tidak diindahkan.
Anak-anak dilatih sejak TK untuk diam saat guru menerangkan,dengan tujuan untuk
mendengarkan guru.Siswa tidak dibiasakan bertanya,akibatnya siswa tidak berani
bertanya. Selesai mengajar, biasnya guru meminta anak untuk bertanya.Yang
terjadi hanyalah suasana kelas yang hening,dan yang bertanya biasanya anak-anak
itu saja.
- Budaya
mencontek
Budaya mencontek
sudah dari dulu ada dalam kehidupan sekolah.Bahkan sekarang dianggap bahwa anak
mencontek itu adalah hal yang biasa.Namun tanpa kita sadari,budaya seperti ini
membawa siswa ke dalam kehidupan yang tidak mandiri,karena siswa hanya
mengandalkan jawaban dari temannya.Menunggu temannya selesai mengerjakan
soal,kemudian menyalinnya ke dalam lembar jawab. Bukankah itu sangat mudah
dilakukan?? Tanpa harus pusing-pusing mencari jawabannya.
- Masalah
pribadi guru yang dibawa ke lingkungan sekolah
Setiap guru pasti
memiliki masalah pribadi,namun jika masalah pribadi ini sampai dibawa ke
lingkungan sekolah maka akan berdampak kepada siswa yang dididiknya.Hal ini
tentunya akan mempengaruhi kualitas pendidikan.
Bagaimana Nasib Guru di Indonesia???
Nasib guru di Indonesia dari
dulu sampai saat ini sepertinya belum mengalami perubahan yang berarti.Seperti
yang dikisahkan Iwan Fals dalam salah satu lagunya yang berjudul “Oemar
Bakrie”.Dalam lagu tersebut digambarkan sesosok guru bernama Oemar Bakrie yang
mengabdikan seluruh hidupnya dengan penuh dedikasi sampai usia tua. Meskipun
dengan gajinya yang kecil,Oemar Bakrie tetap semangat mengajar murid-muridnya.
Sebelum kita membahas lebih lanjut,mari
kita bersama-sama menyimak lirik lagu hymne guru di bawah ini.
Hymne Guru
Terpujilah wahai engkau, Ibu Bapak Guru
Namamu akan selalu hidup dalam sanubariku
Semua baktimu akan ku ukir di dalam hatiku
Sbagai prasasti, trimakasihku tuk pengabdianmu.
Engkau sebagai pelita dalam kegelapan,
Engkau laksana embun penyejuk dalam kehausan
Engkau patriot pahlawan bangsa, tanpa tanda jasa
Terpujilah wahai engkau, Ibu Bapak Guru
Namamu akan selalu hidup dalam sanubariku
Semua baktimu akan ku ukir di dalam hatiku
Sbagai prasasti, trimakasihku tuk pengabdianmu.
Engkau sebagai pelita dalam kegelapan,
Engkau laksana embun penyejuk dalam kehausan
Engkau patriot pahlawan bangsa, tanpa tanda jasa
Entah apa yang membuat saya
terharu saat mendengar lagu ‘Hymne Guru”,apakah karena liriknya atau karena
irama lagunya.Dalam lagu tersebut,guru disanjung dan dipuja begitu luar
biasa.Pada bait ke-5,6, dan 7,guru diibaratkan sebagai pelita dalam
kegelapan,sebagai embun penyejuk dalam kehausan,dan sebagai patriot pahlawan
bangsa.Ini berarti seorang guru sangat berperan penting dalam kemajuan suatu
bangsa.Tetapi pada akhir lagu ada yang terasa aneh,ada yang mengganjal di hati
saya,mengapa seorang guru dengan seribu tugas-tugasnya hanya diberi gelar
“Pahlawan tanpa tanda jasa ?”
Entah mengapa,rasanya saya kurang setuju
jika guru hanya dianugerahi gelar pahlawan tanpa tanda jasa,mengingat begitu
besarnya jasa-jasa beliau dalam membantu memajukan kesejahteraan di negeri ini.Saya tidak mengerti apakah pemerintah yang salah
menerjemahkan lirik lagu “Hymne Guru”atau pengarang lagu yang telah salah dalam
memilih kata-katanya, atau bahkan para guru lah yang telah terhipnotis dengan
kata "Pahlawan" dan terlalu terlena dengan sanjungan & pujian??
Di zaman modern yang semakin
susah ini,orang tidak mungkin bisa hidup hanya dengan sanjungan dan pujian.Karena di zaman ini yang
dibutuhkan bukan sekadar sanjungan atau pujian ataupun gelar,tetapi terlebih
pada perhatian dan penghargaan atas suatu pengabdian yang begitu luar
biasa.Siapa lagi jika bukan kita sendiri yang memberi penghargaan yang layak
kepada para guru.Apakah harus kepada bangsa lain yang jelas-jelas tidak bisa
diharapkan??
Beberapa waktu lalu saya pernah membaca artikel di sebuah situs
internet yang menceritakan tentang kisah seorang guru yang nyambi sebagai tukang
becak motor.Begini cuplikan singkatnya:
Samsul Simbolon adalah Guru SD Negeri di desa Gunung Tua, Mandailing
Natal,Sumatera Utara.Status PNS yang disandangnya tidak serta merta membuat hidup
Samsul Simbolon mapan.Ayah empat anak ini masih harus bekerja membanting tulang
demi menyekolahkan anak-anaknya hingga ke perguruan tinggi.Untuk mencari
tambahan, selepas mengajar Samsul menyambi berprofesi sebagai tukang becak
motor. Dia hanya berharap, nasib guru lebih diperhatikan karena pendapatan
sebagai guru masih terlampau minim, bahkan tidak cukup untuk biaya sekolah
anak-anak mereka.
Inilah potret nyata kehidupan guru di
tanah air. Saya yakin masih banyak guru di daerah-daerah lain yang kehidupannya
masih belum sejahtera.Seharusnya pemerintah lebih menaruh perhatian terhadap
masalah ini. Mereka para pejuang yang mengabdi di sekolah untuk menyiapkan
generasi penerus bangsa seharusnya memiliki tempat yang lebih mulia,mendapat
penghidupan yang layak dan terjamin kesejahteraannya.
Harapan ke Depan..
Kita bisa membaca,menulis dan menghitung,guru yang mengajarkan.Kita dapat meraih jabatan tertentu,guru jugalah yang menghantarkannya.Kita tidak mungkin bisa sehebat sekarang ini tanpa jasa-jasa guru.Tapi kita cenderung melupakan jasa-jasa guru.Ketika murid-muridnya telah berhasil menjadi presiden, gubernur, pengusaha, atau apa pun,guru tetaplah hanya seorang guru dengan gaji yang pas-pasan. Tidak ada yang berubah kecuali usianya yang semakin menua,ingatannya yang semakin berkurang,dan rambutnya yang semakin memutih.
Semoga saja nasib guru akan
mengalami perubahan menuju arah yang lebih baik.Semoga pemerintah memberikan
perhatian yang adil kepada para guru baik PNS maupun guru swasta.Kita semua
harus menyadari bahwa guru adalah ujung tombak pendidikan nasional.Bila ujung
tombak tersebut semakin tumpul karena tidak mendapat perhatian sebaik-baiknya,
maka bisa jadi negeri ini akan semakin tertinggal.
Dengan hanya dianugerahi
gelar “tanpa tanda jasa” saja,para guru dengan tulus mengabdikan seluruh
hidupnya demi kemajuan pendidikan Indonesia, apalagi jika pemerintah
benar-benar memperhatikan nasib para guru.
No comments:
Post a Comment